Aku berjalan di lereng gunung
yang suasananya sangat sejuk. Aku terus naik keatas dan kutemukan tempat untuk
singgah sejenak. Tapi tak ku sangka disana ada seorang gadis yang manis
parasnya, rambutnya terurai panjang, dan senyumnya sangat menawan. Kucoba tuk
dekati gadis itu dan berkenalan dengannya.
“Hai! Siapa nama kamu? Apa aku
boleh kenalan sama kamu?” tanyaku pada gadis tersebut.
“Iyaa, namaku Stella. Boleh kok
kalau mau kenalan. Nama kamu siapa?” jawabnya dengan senyuman yang ramah.
“Ohh, Stella ya? Kenalin, aku
Hilman. Kamu ngapain duduk sendiri disini? Mana hampir senja lagi. Apa kamu
nggak dicari orang tuamu?” tanyaku panjang lebar.
“Aku udah izin orang tuaku kok.
Lagian aku disini juga buat lihat matahari terbenam. Indah banget kalau dilihat
dari puncak seperti ini. Lagi pula aku nggak sendiri, di tempat yang sana juga
banyak orang tuh.” Jawabnya sambil menunjuk ke tempat duduk yang lain.
“Hmmm, begitu rupanya. Yaa,
yaa. Boleh aku temenin kamu disini? Boleh dong?” bujukku.
Agak lama Stella menjawab
pertanyaanku, akhirnya dia mengizinkan aku. Lama aku dan dia ngobrol bersama.
Kami membicarakan banyak hal, terutama soal music. Tidak aku sangka, dia sangat
menyukai music dan juga suka bernyanyi.
Hari semakin larut. Aku dan
Stella pulang kerumah kami masing-masing. Aku tak sabar ingin mendatangi tempat
itu lagi dan bisa ngobrol panjang lebar dengannya. Aku harap hari esok segera
datang..
“Kring… Kring…” suara alarm jam
aku pun berbunyi menunjukkan bahwa sudah pukul sembilan pagi. Aku bangun dan
segera mandi. Lalu aku bergegas makan pagi setelah itu. Aku sudah tidak sekolah
karena aku sudah bosan. Aku berencana untuk langsung mengikuti UNAS saja, dan
sekarang aku fokus ke musikku
terlebih dahulu. Aku menyalakan
computer dan membenahi aransemen musikku yang kurasa masih kurang. Lama sekali
aku melakukan itu. Hingga tak terasa jam sudah menunjukkan jam setengah lima
sore. Aku mandi, makan dan menuju ketempat special bagiku. Kali ini aku membawa
gitarku kesana. Tapi Stella
belum ada. Aku sedikit sedih.
Maka aku pun menyanyikan lagu favorit aku, “You Are Not Alone” karangan The
King Of Pop. Aku selalu menyanyikan lagu itu saat kesepian.
Tiba-tiba saja dari belakang
ada yang menepuk pundakku sambil berkata, “Hayoo, lagi nungguin siapa?”. Tentu saja
aku merasa kaget. Tapi aku mengenali suara itu dan aku yakin itu dia. Seraya
aku menjawab,”Nungguin kamu”. Dia hanya tersenyum saja. Stella memulai
pembicaraan.
“Tumben kok bawa gitar segala?
Mau ngamen yaa? Hahaha.” Tanyanya sambil meledekku.
“Yeee, enggak tahu! Aku bawa
gitar untuk nyanyi aja. Siapa tahu kamu mau nyanyi bareng aku.” Jawabku sambil
berharap.
“Yaudah, iringin aku lagu Adele
bisa nggak? Kalau nggak bisa ya aku nggak mau.” Pintanya.
“Yang judulnya apa? Lagunya
Adele kan banyak.” Tanyaku.
“Yang judulnya “Someone Like
You”. Jawabnya.
Aku hanya senyum dan mulai
memainkan gitarku. Aku tak menyangka kalau dia juga menyukai lagu ini. Aku
sangat bahagia saat itu.
Stella mulai bernyanyi kata
demi kata, bait demi bait. Suaranya sangat bagus. Aku merasa sangat nyaman saat
itu. Tapi aku tidak tahu apa dia juga merasakan hal yang sama. Kami baru dua
hari bertemu, tapi aku merasa senang saat bersama dia. Cara bicaranya, tingkah
lakunya, seperti sudah lama aku kenal.
Akhirnya lagu yang dinyanyikan
pun selesai. Kami berdua tertawa menyudahi lagu itu.
“Gimana suaraku? Bagus enggak?”
Tanya Stella.
“Bagus kok. Kenapa nggak jadi
penyanyi aja sih?” tanyaku balik.
“Aku pengin jadi penyanyi,
cuman aku belum menemukan jalannya. Sekarang aku juga udah punya
job sampingan kok, jadi model.
Eh, tapi cuman model biasa sih, belum terkenal banget. Tapi aku percaya, suatu
hari aku bisa jadi penyanyi. Apapun yang kita lakukan tidak akan sia-sia, entah
hasilnya sekarang atau nanti.” Terangnya panjang lebar.
“Iyaa. Aku percaya kok kamu
pasti bisa. Aku akan dukung kamu dari sekarang. Karena aku juga punya cita-cita
yang sama ma kamu. Semoga semua itu juga bisa tercapai.”
Stella hanya tersenyum manis
dan mengatakan terima kasih.
Hari sudah larut. Karena asik
bernyanyi dan ngobrol, kami tidak melihat matahari terbenam saat itu. Kami
berdua turun dan pulang kerumah.
Walaupun kami sudah dekat, kami
tak pernah punya pikiran untuk berpacaran. Kami lebih suka bersahabat seperti
ini karena kami bisa bebas dan tidak terikat aturan apapun.
(*)
Sudah lebih dari sebulan aku
dan Stella menjalin persahabatan. Aku sempat menciptakan lagu untuk kami berdua
dan berharap suatu hari aku bisa menyanyikan lagu itu bersamanya. Tapi hal yang
menyedihkan justru terjadi setelah itu. Kami bertemu ditempat special kami
untuk terkahir kalinya.
“Maafin aku yaa, mungkin ini
terakhir kali bisa ketemu kamu disini.” Ucap Stella sedih.
“Apa? Memang kenapa? Kamu mau
pindah rumah?” tanyaku kaget.
“Bukan, aku keterima audisi
idol group sebagai penyanyi dan penari. Dan audisi finalnya sudah tidak lama
lagi.” Jawabnya.
“Ohh, selamat ya. Akhirnya
mimpi kamu bisa tercapai juga. Aku ikut senang.”
“Kamu enggak sedih kan? Enggak
marah kan sama aku? Tanyanya.
“Enggak kok, aku malah bahagia.
Kamu bisa meraih mimpimu. Dari awal aku kan udah bilang untuk
dukung kamu. So, whatever it
takes, I will be. Walaupun mungkin kita berpisah, aku tetep inget kamu. Tak
peduli walaupun musim berganti, dan waktu berlalu tanpa kamu, kamu selalu
dihatiku. Kamu sahabat aku, dan aku selalu dukung kamu.” Terangku panjang
lebar.
“Terima kasih yaa. Aku akan
selalu inget kamu juga. Walaupun aku terkenal nanti, kamu masih sahabatku. Dan
selalu seperti itu. Terima kasih.” Ucapnya sambil terharu.
Dihari perpisahan itu juga aku
memberikan kalung bertuliskan “Stella” untuknya. Aku berharap dia mau
menggunakan itu. Dimanapun, dan kapanpun.
“Aku punya kalung, tulisannya sesuai
dengan nama kamu. Aku harap kamu mau pakai ini dimanapun dan kapanpun sebagai
tanda kalau kamu masih inget sama aku. Kalau ada hari dimana kamu nggak
pakai
kalung ini, saat itu juga kamu
melupakan aku. Dan kalau kamu merindukan aku, pakai kalung ini dan semoga rasa
rindumu berkurang. Pakai yaa..” pintaku pada Stella.
Dan dihari itu pula Stella
mulai mengenakan kalung dariku. Aku bahagia, begitu juga dia.
Kami mengakhiri perpisahan itu
dengan menyanyikan lagi lagu yang pertama kali kita nyanyikan,
“Someone Like You”. Selesai
itu, kami pun pulang. Kami memulai kehidupan baru. Aku menjalani hariku tanpa
Stella, dan Stella menjalani lembaran barunya sebagai seorang entertainer.
(*)
Setelah sebulan tak mendengar
kabarnya, aku mendengar ada sebuah idol group yang sedang
naik daun di Indonesia. Aku
sempat berpikir, apakah ini idol group yang dimaksud Stella? Apakah
diajuga menjadi salah satu
anggota dari group tersebut? Aku masih belum tahu, dan aku mencari tahu. Aku mencari info ke google tentang idol group yang di
panggil dengan sebutan JKT48 itu.
Dan ternyata benar. Stella
Cornelia adalah salah satu anggota dari group tersebut. Aku langsung
merasa sangat bahagia. Aku
mulai berpikiran bahwa dia mungkin sudah melupakan aku. Janjinya yang dulu dia katakan padaku mungkin sudah pudar. Sesaat pun aku
kembali masuk dalam perasaan sedih.
Aku menyanyikan lagu yang
sering aku nyanyikan stelah Stella pergi.
Dihatiku
kau takkan berubah, selamanya takkan pernah terganti.
Semakin
kurasa sepi, semakin kuingat kau.
Lagu
ini selalu kuingat, tiap kunyanyikan terbayang dirimu.
Tak
peduli waktu berlalu, kau selalu dihatiku..
Begitulah kiranya aku
bernyanyi. Aku menyudahi itu. Aku kembali melihat foto-foto Stella bersama member yang lainnya. Ada satu foto dimana aku
melihat dia menggunakan kalung yang
dulu aku berikan. Sontak aku
kembali bahagia. Sangat bahagia. Aku mencari foto lain, dan ternyata
banyak sekali foto yang
menunjukkan bahwa kalung pemberianku masih dia gunakan. Dia belum melupakan aku. Aku yakin.
Aku langsung mencari info lebih
detail lagi tentang idol group yang satu ini. Setelah tahu
banyak tentang sister group
AKB48 dari jepang ini, aku memutuskan untuk menjadikan Stella Cornelia sebagai oshimen aku. Aku akan terus mendukungnya
seperti sebelumnya.
(*)
Sudah hampir setahun Stella dan
JKT48 melalang buana di industry music Indonesia. Dia telah mencapai mimpinya bersama JKT48. Aku selalu ingat
kata-katanya, “Apapun yang kita lakukan
tidak akan sia-sia, entah
hasilnya sekarang atau nanti.” Stella menjadi inspirasiku. Kini saatnya aku
menunjukkan padanya bahwa aku
juga bisa mencapai mimpiku. Dan saat mimpiku itu tercapai, aku akan bertemu lagi dengannya.
***
Hilman Farizan
No comments:
Post a Comment