Dua jam telah berlalu dan entah sudah berapa banyak orang yang berseliweran didepanku yang dari tadi hanya duduk sendirian di tengah keramaian taman ini. Setiap akhir pekan aku meman
g sering ke taman ini sekedar untuk menghilangkan kepenatan akan tugas – tugas kuliah yang menumpuk. Sesekali ku lihat dua ekor burung kecil yang bolak balik memunguti rumput kering,kemudian membawanya ke atas pohon untuk di anyam menjadi sebuah sarang untuk tempat bertelur. Melihat keuletan kedua burung itu semangat ku pun semakin menggebu untuk meraih impianku untuk meraih gelar sarjanaku. “kedua burung itu sangat gigih untuk mencapai impiannya,akupun tidak boleh kalah dengan mereka” kataku dalam hati. Diperjalanan pulang langkahku terhenti didepan sebuah toko buku. Pandanganku terhenti pada seorang gadis yang tengah merapikan buku kedalam rak-nya. Sesekali ia membersihkan buku-buku dengan kemoceng kecil miliknya, tanda bahwa toko bukunya telah lama tidak ada pengunjungnya. Aku serasa terhipnotis dan seketika masuk kedalam toko buku itu. Klinting. . . klinting. . . . Terdengar bunyi lonceng kecil yang menandakan ada pengunjung yang datang. “Selamat datang. . ” Sambut gadis itu. “eh. . . i. . iyaaa. . ” jawabku terbata Gadis itu kembali melanjutkan kegiatannya berkutat dengan buku dan debu. Karena terlanjur basah aku pun sekalian melihat–lihat buku disana. Aku bisa di bilang adalah orang yang kurang suka membaca buku. Makannya tidak ada satupun judul bacaan disana yang aku kenal. Setelah cukup lama kebingungan dengan judul buku bacaan disana yang hampir semuanya tidak aku mengerti, aku kembali mengamati kegiatan gadis itu dengan buku-bukunya. Aku berpindah ke tempat dimana rak bukunya hanya setinggi hidungku sehingga apabila gadis itu melihat ke arahku dia hanya bisa melihat kepalaku sebatas hidung saja. Sesekali aku mencuri pandang ke arah gadis itu,dan tiba-tiba saat aku tengah memandanginya disaat yang bersamaan
dia juga melihat ke arahku. Aku pun menjadi salah tingkah dan berpura-pura memilih-milih buku. Aku pun segera mengambil salah satu buku dan pergi menuju kasir. “Cuma ini saja bukunya ?” tanya gadis itu “i. . iyaaaa” jawabku pelan “tunggu sebentar ya,biar aku bungkus dulu buku ini” kata gadis itu Gadis itu kemudian berbalik dan pergi menuju kedalam,tak lama berselang dia kembali dengan buku yang telah terbungkus kertas coklat. Terlihat klasik sekali pas dengan suasana toko buku ini yang juga bernuansa klasik mirip toko-toko buku di jaman dulu. Setelah membayar buku aku pulang ke rumah. Buku yang tadi aku beli aku masukkan kedalam laci meja belajarku. Aku membeli buku itu semata-mata hanya untuk dapat mengenal gadis yang bernama veranda itu. Ya,aku mengetahui nama gadis itu dari nametag yang dipakainya tadi. “Cantik juga gadis tadi,andai saja aku bisa mengenalnya lebih jauh lagi” Kataku dalam hati. Keesokan harinya aku mulai disibukkan kambali dengan urusan kuliahku. Berangkat pagi,pulang sore,dan terkadang aku tidak tidur semalaman untuk megerjakan tugas kuliahku. Semua itu aku lakukan demi impianku membahagiakan kedua orang tuaku. Seminggu telah berlalu,aku kembali berjalan menuju taman seperti biasanya. Aku duduk di tepi kolam taman itu. Kukeluarkan bungkusan plastik kecil berisi remah roti sisa cemilanku kemudian aku lemparkan ketanah. Seketika itu pula beberapa ekor burung merpati liar mendarat dan mamakan remah roti yang aku tebarkan tadi. Setelah puas memberi makan burung merpati aku segera berdiri dan beranjak pergi dari sana. Waktu masih menunjukkan pukul 3 sore saat aku keluar dari taman itu. Karena masih siang aku pun kembali melangkahkan kaki ku menuju tempat lain. Tapi entah kenapa langkahku kembali terhenti di depan toko buku itu lagi. Dan aku pun segera masuk kedalamnya. Klinting. . . klinting. . . . Terdengar bunyi lonceng kecil yang menandakan ada pengunjung yang datang. “Selamat datang ……” sambut gadis bernama veranda itu. Aku hanya mengangguk pelan sambil tersenyum karena saat itu aku merasa sangat gugup. 20 menit berlalu dan aku hanya mondar mandir disana sambil sesekali mencuri pandang ke arah Veranda. Tiba-tiba saja Veranda menghampiriku yang dari tadi hanya mondar mandir seperti orang kebingungan. “Ada yang bisa saya bantu mas ?” tanya Veranda ramah. “ohhh. . . a. . . anuuu. . . saya mencari buku tentang Trigonometri hehehehehe” jawabku sekenanya. “Ohh. . . kalo mau cari buku Trigonometri jangan cari disini mas,kalau di rak ini isinya novel semua” jawab Veranda “ohhh,. . . . . hehehehe. . . Terima kasih mbak” Jawabku Aku pun segera menuju ke rak buku bagian buku-buku pendidikan. Segera kuambil buku bertuliskan kata Trigonometri besar disampulnya dan kubawa menuju kasir. Veranda juga segera menuju kasir untuk membungkus buku yang aku beli dengan kertas coklat seperti biasanya. “Hanya ini saja mas ??” tanya Veranda. “Iya mbak. . ” jawabku pelan. “Aduuh,jangan panggil mbak dong.Kita kan seumuran” Kata Veranda pelan. “Ya,soalnya saya nggak tahu nama mbak,eh kamu sihh. Hehehehe. . Namaku Dito ” Jawabku sambil mengulurkan tanganku “Aku Veranda,tapi orang-orang sering memanggilku Ve” Jawab Veranda sambil menyambut uluran tanganku. “Ve. . . ?? Cukup simple juga ya nama panggilan kamu hehehe” kataku. “Ya,begitulah hehe. . .” jawab Veranda ramah. “Kamu bekerja disini sendirian ?” Tanyaku “Aku nggak bekerja disini kok,toko buku ini dulunya milik kakek dan nenek ku. Aku disini Cuma meneruskan usaha mereka berdua” Jawab Ve. Ve kembali menuju belakang kasir dan mulai membungkus buku pesananku. Aku pun kembali berkeliling melihat-lihat buku. Beberapa saat kemudian Ve kembali kedepan kasir dengan membawa buku pesananku yang telah terbungkus rapi. Setelah membayar aku pun berpamitan untu pulang. “Kalau ada waktu mampir lagi ya kesini . . ” Kata Ve ramah. “Tentu. . . ” Jawabku mantab. Sesampainya di rumah,kusimpan kembali buku yang barusan aku beli di laci meja belajar. Setelah mandi dan makan malam kurebahkan tubuhku di atas ranjang dan akhirnya akupun terlelap. Hari rabu aku dan beberapa temanku pergi ke perpustakaan kampus untuk mencari buku referensi untuk tugas kuliah kami. Tetapi setelah mencari-cari ternyata buku-buku di perpustakaan merupakan buku-buku keluaran lama. Sehingga kami harus membeli buku sendiri untuk dijadikan sebagai buku referensi. “Dit,lo tau nggak toko buku di daerah sini ?” Tanya Dicky teman satu kampusku. “ohh toko buku,di deket taman ada toko buku kok kesana aja. Siapa tahu kita dapat referensi disana” Jawabku Sesampainya disana teman-temanku segera berpencar mencari buku-buku yang mungkin bisa dijadikan referensi untuk tugas kuliah kami. Sedangkan aku malah asyik mengobrol dengan Veranda. “Eh,Dit lo kesini mau cari buku apa cari cewek ?” Tanya Surya kesal “Ehh,iya. . . iyaa. . maaf dehh. Bentar ya Ve aku mau cari buku lagi” Kataku Setelah selesai akhirnya kami memutuskan untuk membawa 5 buku untuk dijadikan bahan referensi setelah membayar kami pun berniat untuk pulang. “Bentar ya,biar saya bungkus dulu buku-buku ini.” Kata Veranda “Eh,nggak usah mbak kasih aja kantong plastik. Soalnya mau langsung dibaca” Jawab Dicky. “Ohh,ya sudah.Terima kasih atas kunjungannya” Kata Veranda “Ve,aku pulang dulu ya. Besok sabtu aku kesini lagi.” Kataku “Janji ya. . . . . . . ” Jawab Ve “Tentu. Sampai ketemu besok sabtu ” kataku mantab Veranda hanya tersenyum sambil melambaikan tangannya melepaskan kepergianku. Setelah itu kami mulai berkutat kembali dengan tugas kuliah yang semakin hari semakin berat saja. Hari sabtu aku kembali mengunjungi Veranda seperti yang kujanjikan. Sesampainya disana Veranda tengah merapikan buku-buku. Aku pun menghampirinya berniat untuk membantunya. “Ve,aku bantu ya. . ” kataku “Aduuh,nggak usah dit ntar ngrepotin kamu. .” Tolak Ve “Ah,nggak apa-apa kok. . . . .” Jawabku enteng “Beneran nggak apa-apa ?” Tanya Ve “Iya, nggak apa-apa kok hehehe” Jawabku lagi Setelah selesai merapikan buku-buku kami pun beristirahat. Veranda masuk kedalam dan kembali dengan membawa minuman dingin untuk kami. “Makasih ya dit udah mau bantuin aku” Kata Ve “Iya,sama-sama hehe” Jawabku “Eh,dit itu muka kamu kotor banget kena debu” KataVe “Dimana ?” Tanyaku sambil mengelap mukaku dengan tangan. “Aduh, jangan pake tangan dong. . ” Veranda mendekat dan menyeka wajahku dengan sapu tangannya. Seketika itu pula jantungku berdebar kencang memperhatikan Ve yang dengan lembut menyeka kotoran di wajahku dengan sapu tangannya. “holla . . . . . . Ada orang disana ???” UcapVe sambil melambaikan tangannya didepan mukaku. “Hoooi . . . . kok ngelamun sih ??” Tambah Ve. “Ehhh. . hehehehe udah bersih ya ??” Tanyaku setelah tersadar dari lamunanku. “Udah. . . kamu kok ngelamun sih ?? mikirin siapa hayoo. . . ” Goda Ve “nggak kok,aku cuma terpesona sama kecantikan kamu hehehe” Jawabku ringan “ihhh, Gombal. . . ” Jawab Ve sambil melemparkan sapu tangannya. Kami berdua pun tertawa bersama. Senang rasanya bisa melihat senyum mungil terukir di wajah Ve. Senyumnya seakan dapat meredakan sebuah badai besar di lautan. “eh,Ve kita jalan-jalan yuk” Ajakku “Kemana ?” Tanya Ve “Ke taman deket situ tuh. . ” Jawabku “ohh. . boleh. Bentar ya aku tutup toko dulu” Kata Ve “oke . . . ” Jawabku Setelah menutup tokonya kamipun berjalan bersama menuju taman tempat biasa aku menghabiskan akhir pekanku. Disana kulihat Veranda tidak seperti biasanya, Veranda terlihat lebih ceria. Melihat itu semua akupun ikut senang karena selama aku mengenalnya baru kali ini aku melihat Veranda begitu senang. “Gimana,kamu suka disini?” Tanyaku “Suka banget. . . ” Jawab Ve “Ve,kamu tau nggak. Dulu disini aku sering melamun sendirian. Tapi setelah aku ngajak kamu kesini suasana tempat ini jadi beda deh” Kataku “Beda gimana maksudnya ?” Tanya Ve penasaran “Ya jadi lebih indah aja sejak ada kamu” Jawabku “Tuh kan mulai nge-gombal” Ejek Ve “hehehehe. . Namanya juga usaha” Jawabku “Eh, Ve kamu mau kasih makan merpati nggak?” Tanyaku “Boleh. . ” Jawab Ve Akupun mengambil beberapa keping biskuit dari dalam tasku. Kuremukkan biskuit itu untuk makanan merpati. “Mana tangan kamu” Kataku sambil meraih tangan Ve Kuberikan remahan biskuit tadi dan sebagian kecilnya aku tebarkan di depan kami. Seketika itu pula puluhan merpati mengerubungi kami. Segera para merpati itu menghampiri Ve mencoba mematuki biskuit yang ada di tangannya. “Hihihihhihih. . . Geli banget nih. . ” Kata Ve kegelian “Ditahan aja nggak apa-apa kok” Jawabku Akupun memegang tangan Veranda agar remah-remah roti ditangannya tidak tumpah ke tanah. Melihat tanganku menggenggam tanganya Ve menoleh ke arahku. Sesaat kedua mata kami bertemu. Tapi kemudian Ve melepaskan tangannya karena remah roti ditangannya telah habis. “Makasih ya dit,udah ngajak aku kesini” Kata Ve “Iya sama-sama, kita duduk dulu yuk capek nih” Jawabku Kamipun duduk di salah satu bangku yang kosong. Aku segera membeli minuman untuk Ve karena kami memang cukup lelah dan haus sedari tadi. “Eh Ve,kamu masih kuliah apa udah kerja ?” Tanyaku “Aku masih kuliah kok,tapi aku cuti satu semester karena kesehatan kakekku menurun jadi aku harus merawat kakekku sambil meneruskan usaha di toko buku”Jawab Ve “Ohh, semoga kakek kamu cepat sembuh ya” Kataku “Kalo kamu sendiri ?” Tanya Ve “Aku juga kuliah kok,ya cuma di akhir pekan seperti ini saja aku bisa santai sambil refreshing hehehe ” Jawabku “Sekali lagi makasih ya dit,udah ngajak aku kesini aku seneng banget ” Kata Ve “Yang harus bertarima kasih itu aku Ve. ” Jawabku “Lho. . kok kamu sih yang terima kasih ? kan yang ngajak kesini kamu ” Tanya Ve “sejak aku kuliah di kota ini,tiap akhir pekan aku selalu duduk disini sendirian dan cuma bisa melamun sendirian.” Kataku “Tapi setelah tadi aku kesini sama kamu semuanya jadi berbeda” Tambahku “Beda gimana maksud kamu ?” Tanya Ve penasaran “Coba deh kamu tutup mata kamu. . ” Kataku Veranda pun menutup kedua matanya. Duh,cantik sekali gadis yang ada di hadapanku ini. Mungkinkah aku jatuh cinta padanya ??? “Apa yang kamu lihat ?” Tanyaku “Gelap dit,g ada apa-apa” Jawab Ve “Seperti itulah hari-hariku di tempat ini. Gelap dan kosong karena aku sendirian. Sekarang buka mata kamu” Kataku “Lihat deh,keindahan taman ini dengan burung-burung yang berkicau,danau kecil dengan ikan-ikannya serta rindangnya pepohonan disini” Tambahku “Semua itu baru aku sadari saat aku sama kamu Ve. Segala keindahan di dunia ini tidak akan menjadi indah jika kita tidak bersama seseorang untuk diajak berbagi” Kataku sambil menatap Ve Mendengar perkataanku tadi Veranda hanya diam dan menunduk. Sesaat kemudian dia menatapku dengan kedua mata yang berkaca-kaca. Entah itu tangis kesedihan atau tangis bahagia aku tidak bisa menafsirkannya. Kuseka airmata yang perlahan mengalir dipipinya. “Kamu kenapa Ve ?” Tanyaku “Kita pulang yuk, Udah mulai gelap nih” Jawab Ve Akupun hanya mengangguk pelan dan mengantarkannya pulang kembali ke toko buku. Saat akan pulang Veranda memegang tanganku dan memintaku untuk menunggunya sebentar. Sekitar 5 menit Veranda masuk kedalam toko,entah apa yang dilakukannya akupun tidak mengerti. Sesaat kemudian Veranda muncul dengan bungkusan yang bisa kutebak isinya sebuah buku. “Nih buat kamu,terima kasih ya buat hari ini. . . ” Kata Ve “I. . iya terima kasih ya bingkisannya. Aku pulang dulu Ve” Jawabku Akupun membalikkan badan dan segera pulang ke tempat kost ku. Sesampainya disana kuletakkan kembali bingkisan itu di laci mejaku. Kurebahkan tubuhku di kasurku dan kembali mengingat-ingat kembali peristiwa tadi,mencoba untuk mengartikan sikap diam Ve sesaat setelah aku menyatakan cintaku padanya. Setelah lama berpikir tak terasa akupun tertidur. Pagi harinya aku kembali disibukkan oleh kegiatan perkuliahanku. Tidak hanya itu saja,tuntutan tugas pun memaksa ku untuk menggunakan akhir pekanku untu berdiam diri di kost bersama teman-teman kampusku. Tidak terasa 1 bulan telah terlewat sejak terakhir kali aku mengunjungi Veranda. Kali ini aku berniat untuk mengunjungi taman terlebih dahulu,karena tugas dan perkuliahan telah cukup banyak membebani pikiranku. Mungkin dengan menenangkan diri di taman dapat meringankan pikiranku. Sesampainya di taman aku dikejutkan dengan adanya seorang gadis yang tengah duduk sendirian. Terlihat dia tengah membaca buku yang cukup tebal,mungkinkah itu Veranda ?. Akupun segera menghampirinya dan ketika aku menegurnya,ternyata gadis itu bukanlah Veranda. Karena malu aku pun meminta maaf pada gadis itu dan pergi menuju toko buku milik Veranda. Klinting. . . klinting. . . . Terdengar bunyi lonceng di pnitu masuk. “Selamat Datang. . ” Sebuah suara menyambutku namun bukanlah suara yang kukenal. “I. . . iya . . . ” Akupun segera menghampiri sumber suara yang menyambutku. Benar saja sang pemilik suara itu bukanlah Veranda melainkan gadis lain. Karena kebingungan akupun segera pulang ke tempat kost ku. Disana aku kembali merenung sendirian,tiba-tiba aku teringat akan buku terakhir yang diberikan oleh Veranda pada saat terakhir kami bertemu. Kubuka laci meja belajarku dan dan kuambil ketiga bungkusan coklat itu. Ketika kubuka bungkusan buku pertama didalamnya sebuah buku yang tidak aku kenal. Kubuka buku itu dan sebuah memo kecil jatuh dari dalam buku itu. Hai. . . kamu suka novel juga ya ? Namaku Veranda Jangan bosen ya datang kesini. . . Memo ini jangan-jangan saat pertama kali aku berkunjung di toko buku Veranda. Kubuka bungkusan kedua yang didalamnya terdapat buku bertuliskan Trigonometri disampulnya. “Ini pasti saat kali kedua aku berkunjung di toko buku” Kataku dalam hati Kubuka kembali buku itu dan sebuah memo terjatuh dari dalam buku itu. Jadi nama kamu Dito ya. . . . Salam kenal ya. . . . Terima kasih udah mau dateng lagi ke sini . . Seneng deh akhirnya punya pelanggan tetap di toko ini hehe. . Apalagi pelanggannya ganteng hehehehe. . . Membaca memo kedua itu membuatku tersenyum sendiri. Jantungku berdebar saat melihat bungkusan ketiga. Bungkusan ini adalah bungkusan yang diberikan Ve saat terakhir kami bertemu. Bungkusan yang mungkin berisi isi hati Veranda. Kubuka perlahan bungkusan itu yang ternyata berisi sebuah novel yang kurang aku kenal judul maupun nama pengarangnya. Kubuka buku itu dam sebuah memo kembali jatuh dari sana. Maaf Dit,aku belum bisa mengerti akan perasaanku saat ini. . Mungkin suatu saat nanti waktu yang akan menjawabnya. . . Semoga kamu tidak marah dengan keputusanku. . Jadi untuk saat ini lebih baik kita jalani saja hubungan persahabatan kita. Ngomong-ngomong aku senang sekali hari ini kamu mengajakku ke taman itu. . Minggu depan kita kesana lagi berdua ya. . Begitu terkejutnya aku setelah membaca memo terakhir itu. Segera aku berlari menuju taman,disana kucari dengan teliti tiap jengkal taman itu untuk mencari Veranda.Mungkinkah dia marah karena aku tak lagi mengunjunginya ? Setelah yakin bahwa Veranda tidak berada di taman.aku menuju toko buku milik Veranda. Disana kutanyai gadis penjaga toko itu tentang keberadaan Veranda. “Permisi mbak,kalo boleh tau yang biasanya jaga toko ini kemana ya mbak ?” Tanyaku “Ohh. . . non Veranda,dia udah berangkat lagi mas keluar negeri buat kuliah” Jawab gadis penjaga toko itu. Begitu terkejutnya aku mengetahui kabar itu. Ternyata Veranda telah melanjutkan studinya ke luar negeri. Dan entah kapan dia akan kembali lagi ke Indonesia. “Keluar negeri ? dari kapan mbak ?” Tanyaku lagi. “Seminggu lalu mas. Kalo boleh tau nama mas siapa ya?” tanya gadis itu. “Dito mbak . . ” Jawabku pelan “Mas Dito ?? Wah sudah saya tunggu lama mas. Ini ada titipan dari non Veranda buat mas-nya” Kata gadis itu. “Titipan apa mbak ?” Tanyaku penasaran. “Sebentar mas saya ambilkan. . ” Gadis itu pun menghilang menuju bagian dalam toko itu. Sesaat kemudian dia kembali dengan membawa dua bungkusan coklat mirip seperti yang biasa Veranda bungkuskan untukku. “Ini mas barangnya. . ” Kata gadis itu sambil menyerahkan bungkusan itu. “Terima kasih mbak. . ” Jawabku pelan. A Ku segera pulang karena penasaran akan isi dari bungkusan yang dititipkan oleh Veranda. Dikamar kubuka bungkus pertama yang lagi-lagi berisi novel dan memo. Sudah dua minggu kamu nggak menemuiku disini. . Kamu marah ya sama aku. ? Kukuatkan diriku dan membuka bungkusan terakhir. Bungkusan itu berisi sebuah novel dan memo. Hai Dit,jika kamu membaca memo ini,berarti aku udah nggak ada lagi disisi kamu. . Maaf ya jika harus seperti ini cara perpisahan kita Aku harus melanjutkan kuliahku di luar negeri untuk menggapai Cita-citaku Mengenai perasaanku ke kamu kini aku sudah mengetahuinya Aku benar-benar sayang sama kamu Dit Semenjak kamu nggak dateng lagi ke toko buku,aku merasakan kegelapan yang sama seperti yang kamu rasakan Dan sejak itulah aku tahu kalo aku nggak bisa hidup tanpa kamu,karena kamulah satu-satunya pelita yang menerangi kegelapan hidupku. 3 buku yang aku beri itu adalah buku kesayanganku Semoga ketiga buku itu dapat menemanimu disaat aku tidak bersamamu lagi. Dan semoga suatu saat nanti aku bisa bertemu lagi denganmu. Veranda Senang,sedih,bingung semua perasaan itu bergabung menjadi satu.Disatu sisi aku sangat bahagia mengetahiu bahwa Veranda menerima perasaanku.Namun disisi lain perasaan sedih dan bingung juga kurasakan karena gadis yang selama ini aku sayangi kini tak lagi disisiku. Seminggu berlalu,kini aku berada ditaman tempat biasa aku melepas lelah dari hiruk pikuk kegiatan perkuliahan. Kini aku tidak lagi menjadi lelakiyang hanya duduk diam melamun sendirian. Kini aku ditemani oleh tiga buku peninggalan Veranda. Dan mungkin suatu saat nanti kami akan dipertemukan lagi disini,di taman ini. . . . . ~ END ~ Author: @DitoGembloenk
No comments:
Post a Comment